BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai
masyarakat yang penuh budaya dan kaya akan keberagaman. Nusa Tenggara Timur
merupakan salah satu
provinsi yang berada dibagian tenggara Indonesia. Nusa Tenggara timur merupakan
wilayah kepulauan yang terdiri dari diantaranya flores, timor, sumba. Nusa
Tenggara Timur kaya akan ragam budaya baik bahasa maupun suku bangsanya ini
memiliki beragam suku dan budaya, bahasa
lokal, tarian rakyat, bahasa daerah,
senjata tradisional, suku.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumuan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana
sejarah provinsi Nusa Tenggara Timur?
2. Apa
saja bahasa yang ada di Nusa Tenggara Timur?
3. Apa
saja suku yang ada di Nusa Tenggara Timur?
4. Apa
saja budaya yang ada di masyarakat Nusa Tenggara Timur?
5. Apa
saja agama yang dianut oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:
1. Mengetahui
sejarah provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. mengetahui
bahasa yang ada di Nusa Tenggara Timur.
3. Menyebutkan
suku yang ada di Nusa Tenggara Timur.
4. Menyebutkan
budaya yang ada di masyarakat Nusa Tenggara Timur.
5. mengetahui
agama yang dianut oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur.
6. mengetahui
tarian daerah dan senjata tradisional dari Nusa Tenggara Timur.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT)
Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di tenggara
Indonesia. Ibukotanya terletak di Kupang, Timor Barat. Nusa
Tenggara Timur meliputi bekas daerah pulau Flores, Sumba dan Timor dan Kepulauannya.
Hasil terakhir diketahui bahwa Nusa Tenggara Timur hingga saat ini memiliki 566
buah pulau yang tersebar diantara 3 (tiga) buah pulau besar yaitu Flores, Sumba
dan Timor yang biasa disapa "Flobamor" Demikian sejarahnya singkat
terbentuknya Propinsi Nusa TenggaraTimur.
B.
Jumlah Bahasa Daerah di Nusa Tenggara Timur
Jumlah bahasa yang dimiliki cukup banyak dan tersebar pada pulau-pulau yang ada yaitu:
Pengguna Bahasa di Nusa Tenggara Timur
a) Timor, rote, Sabu, dan pulau-pulau kecil disekitarnya: Bahasanya
menggunakan bahasa Kupang, Melayu Kupang, Dawan Amarasi, Helong Rote, Sabu,
Tetun, Bural.
b) Alor dan pulau-pulau disekitar nya:
Bahasanya menggunakan Tewo kedebang, Blagar, Lamuan Abui, Adeng, Katola,
Taangla, Pui, Kolana, Kui, Pura Kang Samila, Kule, Aluru, Kayu kaileso
c) Flores dan pulau-pulau disekitar
nya: Bahasanya menggunakan melayu,
Laratuka, Lamaholot, Kedang, Krawe, Palue, Sikka, lio, Lio Ende, Naga Keo,
Ngada, Ramba, Ruteng, Manggarai, bajo, komodo.
d) Sumba dan pualu-ulau kecil disekitarnya: Bahasanya menggunakan Kambera, Wewewa, Anakalang, Lamboya, Mamboro, Wanokaka, Loli, Kodi.
d) Sumba dan pualu-ulau kecil disekitarnya: Bahasanya menggunakan Kambera, Wewewa, Anakalang, Lamboya, Mamboro, Wanokaka, Loli, Kodi.
C.
Jumlah Suku /Etnis di Nusa Tenggara Timur
Penduduk asli NTT terdiri dari berbagai suku yang mendiami
daerah-daerah yang tersebar Diseluruh wilayah NTT, sebagai berikut:
a) Helong: Sebagian wilayah Kabupaten Kupang (Kec.Kupang Tengah dan Kupang
Barat serta Semau)
b) Dawan: Sebagian wilayah Kupang
(Kec. Amarasi, Amfoang, Kupang Timur, Kupang Tengah, Kab timor Tengah selatan,
Timor Tengah Utara, Belu ( bagian perbatasan dengan TTU)
c) Tetun: Sebagian besar Kab. Belu dan wilayah Negara Timor Leste
d) Kemak: Sebagian kecil Kab. Belu dan wilayah Negara Timor Leste
e) Marae: Sebagian kecil Kab. Belu bagian utara dekat dengan perbatasan
dengan Negara Timor Leste
f) Rote: Sebagian besar pulau rote dan sepanjang pantai utara Kab Kupang dan
pulau Semau
g) Sabu / Rae Havu: Pulau Sabu dan Raijua serta beberapa daerah di Sumba
h) Sumba: Pulau Sumba
i) Manggarai Riung: Pulau Flores bagian barat terutama Kan Manggarai dan
Manggarai Barat
j) Ngada: Sebagian besar Kab Ngada
k) Ende Lio: Kabupaten Ende
l) Sikka-Krowe Muhang: Kabupaten Sikka
m) Lamaholor: Kabupaten Flores
Timur meliputi Pulau Adonara, Pulau Solor dan
sebagian Pulau Lomblen
n) Kedang: Ujung Timur Pulau Lomblen
o) Labala: Ujung selatan Pulau Lomblen
p) Pulau Alor: Pulau Alor dan pulau Pantar.
Selain suku-suku diatas, Nusa Tenggara Timur juga dihuni
oleh suku-suku pendatang yaitu orang-orang keturunan Cina, Arab, Bugis,
Makasar, Buton, Bajo dan Jawa serta beberapa suku lainnya. Kebudayaan yang
mempengaruhi kebudayaan Nusa Tenggara Timur berasal dari beberapa suku maupun
bangsa, diantaranya yang pernah mempengaruhi kebudayaan NTT adalah Cina, Jawa,
Bugis, Makasar, Ambon/Maluku, Portugis dan Belanda.
D.
Budaya yang ada di Nusa Tenggara Timur
Di bawah ini terdapat beberapa budaya yang ada pada daerah Nusa
Tenggara Timur:
a)
BUDAYA FLORES TIMUR
Flotim
merupakan wilayah kepulauan dengan luas 3079,23 km2, berbatasan dengan
kabupaten Alor di timur, kabupaten Sikka di barat utara dengan laut Flores dan selatan, laut Sawu.
Orang yang berasal dari Flores Timur sering disebut orang Lamaholot, karena bahasa yang digunakan bahasa suku Lamaholot.
Konsep rumah adat orang Flotim selalu dianggap sebagai pusat kegiatan ritual suku. Rumah adat dijadikan tempat untuk menghormati Lera Wulan Tana Ekan (wujud tertinggi yang mengciptakan danyang empunyabumi).
Konsep rumah adat orang Flotim selalu dianggap sebagai pusat kegiatan ritual suku. Rumah adat dijadikan tempat untuk menghormati Lera Wulan Tana Ekan (wujud tertinggi yang mengciptakan danyang empunyabumi).
Pelapisan
sosial masyarakat tergantung pada awal mula kedatangan penduduk pertama, karena
itu dikenal adanya tuan tanah yang memutuskan segala sesuatu, membagi tanah kepada suku Mehen yang tiba kemudian, disusul suku Ketawo yang memperoleh hak
tinggal dan mengolah tanah dari suku Mehen.
Suku Mehen mempertahankan eksistensinya yang dinilainya sebagai tuan tanah,
jadilah mereka pendekar-pendekar perang, yang dibantu suku Ketawo.
Mata
pencaharian orang Flotim/Lamaholot yang utama terlihat dalam ungkapan sebagai
berikut:
Ola tugu,here happen, lLua watana,
Gere Kiwan, Pau kewa heka ana,
Geleka lewo gewayan, toran murin laran.
Artinya:Bekerja di ladang, Mengiris tuak, berkerang (mencari siput dilaut), berkarya di
gunung, melayani/memberi hidup keluarga (istri dan anak-anak) mengabdi kepada pertiwi/tanah air, menerima tamu asing.
b)
BUDAYA SIKKA
Sikka berbatasan sebelah utara
dengan laut Flores, sebelah selatan dengan Laut Sabu, dan sebelah timur dengan
kabupaten Flores Timur, bagian barat dengan kabupaten Ende. Luas wilayah
kabupaten Sikka 1731,9 km2.
Ibu kota Sikka ialah Maumere yang
terletak menghadap ke pantai utara, laut Flores. Konon nama Sikka berasal dari
nama suatu tempat dikawasan Indocina. Sikka dan dari sinilah kemungkinan
bermula orang berimigrasi kewilayah nusantara menuju ke timur dan menetap
disebuah desa pantai selatan yakni Sikka. Nama ini Kemudian menjadi pemukiman
pertama penduduk asli Sikka di kecamatan Lela sekarang. Turunan ini bakal
menjadi tuan tanah di wilayah ini.
Pelapisan sosial dari masyarakat
Sikka. Lapisan atas disebut sebagai Ine Gete Ama Gahar yang terdiri para raja
dan bangsawan. Tanda umum pelapisan itu di zaman dahulu ialah memiliki warisan
pemerintahan tradisional kemasyarakatan, di samping pemilikan harta warisa
keluarga maupun nenek moyangnya. Lapisan kedua ialah Ata Rinung dengan ciri
pelapisan melaksanakan fungsi bantuan terhadap para bangsawan dan melanjutkan
semua amanat terhadap masyarakat biasa/orang kebanyakan umumnya yang dikenal
sebagai lapisan ketiga yakni Mepu atau Maha.
Secara umum masyarakat kabupaten
Sikka terinci atas beberapa nama suku; (1) ata Sikka, (2) ata Krowe, (3) ata
Tana ai, desamping itu dikenal juga suku-suku pendatang yaitu: (4) ata Goan,
(5) ata Lua, (6) ata Lio, (7) ata Ende, (8) ata Sina, (9) ata Sabu/Rote, (10)
ata Bura.
Mata pencaharian masyarakat Sikka
umumnya pertanian. Adapun kelender pertanian sbb: Bulan Wulan Waran - More Duru
(Okt-Nov) yaitu bulan untuk membersihkan kebun, menanam, menyusul di bulan
Bleke Gete-Bleke Doi - Kowo (Januari, Pebuari, Maret) masa untuk menyiangi
kebun (padi dan jagung) serta memetik, dalam bulan Balu Goit - Balu Epan -
Blepo (April s/d Juni) masa untuk memetik dan menanam palawija
/kacang-kacangan. Sedangkan pada akhir kelender kerja pertanian yaitu bulan
Pupun Porun Blebe Oin Ali-Ilin (Agustus - September).
c)
BUDAYA ENDE
Batas-batas wilayahnya yang
membentang dari pantai utara ke selatan itu adalah dibagian timur dengan
kabupaten Sikka, bagian barat dengan kabupaten Ngada, utara dengan laut Flores,
selatan dengan laut Sabu. Luas kabupaten Ende 2046,6 km2, iklim daerah ini pada umumnya tropis dengan curah hujan
rata-rata 6096 mm/tahun dengan rata rata jumlah hari hujan terbanyak pada bulan
November s/d Januari.
Daerah yang paling terbanyak
mendapat hujan adalah wilayah tengah seperti kawasan gunung Kalimutu, Detusoko,
Welamosa yang berkisar antara 1700 mm s/d 4000 mm/tahun.
Nama Ende sendiri konon ada yang
menyebutkannya sebagai Endeh, Nusa Ende, atau dalam literatur kuno menyebut
Inde atau Ynde. Ada dugaan yang kuat bahwa nama itu mungkin sekali diberikan
sekitar abad ke 14 pada waktu orang-orang maleyu memperdagangkan tenunan besar
nan mahal yakni Tjindai sejenis sarung patola dalam pelayaran perdagangan
mereka ke Ende.
Ende/Lio sering disebut dalam satu
kesatuan nama yang tidak dapat dipisahkan. Meskipun demikian sikap ego dalam
menyebutkan diri sendiri seperti : Jao Ata Ende atau Aku ata Lio dapat
menunjukan sebenarnya ada batas-batas yang jelas antara ciri khas kedua sebutan
itu.
Meskipun secara administrasi
masyarakat yang disebut Ende/Lio bermukim dalam batas yang jelas seperti
tersebut di atas tetapi dalam kenyataan wilayah kebudayaan (tereitorial kultur)
nampaknya lebih luas Lio dari pada Ende.
Pola pemukiman masyarakat baik di
Ende maupun Lio umumnya pada mula dari keluarga batih/inti baba (bapak), ine
(mama) dan ana (anak-anak) kemudian diperluas sesudah menikah maka anak
laki-laki tetap bermukim di rumah induk ataupun sekitar rumah induk. Rumah
sendiri umumnya secara tradisional terbuat dari bambu beratap daun rumbia
maupun alang-alang.
Lapisan bangsawan masyarakat Lio
disebut Mosalaki ria bewa, lapisan bansawan menengah disebut Mosalaki puu dan
Tuke sani untuk masyarakat biasa. Sedangkan masyarakat Ende bangsawan disebut
Ata NggaE, turunan raja Ata Nggae Mere, lapisan menegah disebut Ata Hoo dan
budak dati Ata Hoo disebut Hoo Tai Manu.
d) BUDAYA
NGADA
Ngada merupakan kabupaten yang terletak
diantara kabupaten Ende (di timur) dan Manggarai (di barat). Bajawa ibu kotanya
terletak di atas bukit kira-kira 1000 meter di atas permukaan laut. Masyarakat
ini dikenal empat kesatuan adat (kelompok etnis) yang memiliki berbagai tanda-tanda
kesatuan yang berbeda.
Kesatuan adat tersebut adalah : (1)
Nagekeo, (2) Ngada, (3) Riung, (4) Soa. Masing-masing kesatuan adat
mempertahankan ciri kekrabatannya dengan mendukung semacam tanda kesatuan
mereka.
Arti keluarga kekrabatan dalam
masyarakat Ngada umumnya selain terdekat dalam bentuk keluarga inti Sao maka
keluarga yang lebih luas satu simbol dalam pemersatu
(satu Peo, satu Ngadhu, dan Bagha). Ikatan nama membawa hak-hak dan kewajiban tertentu. Contoh setiap anggota kekrabatan dari kesatuan adat istiadat harus taat kepada kepala suku, terutama atas tanah. Setiap masyarakat pendukung mempunyai sebuah rumah pokok (rumah adat) dengan seorang yang mengepalai bagian pangkal Ngadhu ulu Sao Saka puu.
(satu Peo, satu Ngadhu, dan Bagha). Ikatan nama membawa hak-hak dan kewajiban tertentu. Contoh setiap anggota kekrabatan dari kesatuan adat istiadat harus taat kepada kepala suku, terutama atas tanah. Setiap masyarakat pendukung mempunyai sebuah rumah pokok (rumah adat) dengan seorang yang mengepalai bagian pangkal Ngadhu ulu Sao Saka puu.
Rumah tradisional disebut juga Sao,
bahan rumah terbuat seperti di Ende/Lio (dinding atap, dan lantai
/panggungnya). Secara tradisional rumah adat ditandai dengan Weti (ukiran).
Ukiran terdiri dari tingkatan-tingkatan misalnya Keka, Sao Keka, Sao Lipi Wisu,
Sao Dawu Ngongo, Sao Weti Sagere, Sao Rika Rapo, Sao Lia Roda.
Pelapisan sosial teratas disebut
Ata Gae, lapisan menengah disebut Gae Kisa, dan pelapisan terbawah disebut Ata
Hoo. Sumber lain menyebutkan pelapisan sosial biasa dibagi atas tiga, Gae
(bangsawan), Gae Kisa = kuju, dan golongan rendah (budak). Ada pula yang
membagi atas empat strata, Gae (bangsawan pertama), Pati (bangsawan kedua) Baja
(bangsawan ketiga), dan Bheku (bangsawan keempat).
Para istri dari setiap pelapisan
terutama pelapisan atas dan menengah disebut saja Inegae/Finegae dengan tugas utama
menjadi kepala rumah yang memutuskan segala sesuatu di rumah mulai pemasukan
dan pengeluaran.
Masyarakat Nagekeo pendukung
kebudayaan Paruwitu (kebudayaan berburu), masyarakat Soa pendukung Reba
(kebudayaan tahun baru, pesta panen), Pendukung kebudayaan bertani dalam arti
yang lebih luas ialah Ngadhu/Peo, terjadi pada sebagian kesatuan adat Nagekeo,
Riung, Soa dan Ngada.
e)
BUDAYA MANGGARAI
Manggarai terletak di ujung barat
pulau Flores, berbatasan sebelah timur dengan kabupaten Ngada, barat dengan Sealat
sapepulau Sumbawa/kabupaten Bima, utara dengan laut Flores dan selatan dengan
laut Sabu. Luas wilayah 7136,14 km2, wilayah ini dapat dikatakan paling subur
di NTT. Areal pertanian amat luas dan subur, perkebunan kopi yang membentang
disebahagian wilayahnya, curah hujan yang tinggi yaitu dalam setahun mencapai
27,574 mm, sepertiga dari jumlah itu (lebih dari 7000mm) turun pada bulan
Januari. Ibu kota Manggarai terletak kira-kira 1200 meter di atas permukaan
laut, di bawa kaki gunung Pocoranaka.
Pembentukan keluarga batih terdiri
dari bapak, mama dan anak-anak yang disebut Cak Kilo. Perluasan Cak Kilo
membentuk klen kecil Kilo, kemudian klen sedang Panga dan klen besar Wau.
Beberapa istilah yang dikenal dalam
sistim kekrabatan antara lain Wae Tua (turunan dari kakak), Wae Koe (turunan
dari adik), Ana Rona (turunan keluarga mama), Ana Wina (turunan keluarga
saudara perempuan), Amang (saudara lelaki mama), Inang (saudara perempuan
bapak), Ema Koe (adik dari bapak), Ema Tua (kakak dari bapak), Ende Koe (adik dari
mama), Ende Tua (kakak dari mama), Ema (bapak), Ende (mama), Kae (kakak), Ase
(adik), Nana (saudara lelaki), dan Enu (saudara wanita atau istri).
Strata masyarakat Manggarai terdiri
atas 3 golongan, kelas pertama disebut Kraeng (Raja/bangsawan), kelas kedua
Gelarang ( kelas menengah), dan golongan ketiga Lengge (rakyat jelata).
Raja mempunyai kekuasaan yang absolut, upeti yang tidak dapat dibayar oleh rakyat diharuskan bekerja rodi. Kaum Gelarang bertugas memungut upeti dari Lengge (rakyat jelata). Kaum Gelarang ini merupakan penjaga tanah raja dan sebagai kaum penyambung lidah antara golongan Kraeng dengan Lengge. Status Lengge adalah status yang selalu terancam. Kelompok ini harus selalu bayar pajak, pekerja rodi, dan berkemungkinan besar menjadi hamba sahaya yang sewaktu-waktu dapat dibawah ke Bima dan sangat kecil sekali dapat kembali melihat tempat kelahirannya.
Raja mempunyai kekuasaan yang absolut, upeti yang tidak dapat dibayar oleh rakyat diharuskan bekerja rodi. Kaum Gelarang bertugas memungut upeti dari Lengge (rakyat jelata). Kaum Gelarang ini merupakan penjaga tanah raja dan sebagai kaum penyambung lidah antara golongan Kraeng dengan Lengge. Status Lengge adalah status yang selalu terancam. Kelompok ini harus selalu bayar pajak, pekerja rodi, dan berkemungkinan besar menjadi hamba sahaya yang sewaktu-waktu dapat dibawah ke Bima dan sangat kecil sekali dapat kembali melihat tempat kelahirannya.
E.
Agama yang di anut oleh masyarakat Nusa TenggaraTimur
Propinsi Nusa Tenggara Timur didominir oleh Agama Kristen
(Katholik dan Protestan) dan sebagian Agama Islam. Perkembangan Agama Katholik
di sebarkan oleh Bangsa Portugis dan Agama Kristen Protestan di sebarkan oleh
Bangsa Belanda. Penyebaran Agama Islam masuk ke Nusa Tenggara Timur melalui
pedagang dari Ternate menyebarkan Agama Islam melalui kabupaten Alor. Untuk
wilayah Sumba melalui Nusa Tenggara Barat dan dari Pulau Flores melalui
Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Sedangkan untuk Agama Hindu dan Budha
penyebarannya melalui pendatang yang melaksanakan tugas di Nusa Tenggara Timur.
F.
Tarian daerah dan Senjata tradisional dai Nusa Tenggara Timur
·
Tarian
daerah Nusa Tenggara Timur yaitu:
a.
Tari Perang, tari yang menunjukkan
sifat sifat keperkasaan dan kepandaian mempermainkan senjata. Senjata yag
dipakai berupa cambuk dan perisai.
b.
Tari Gareng Lameng, dipertunjukkan
pada upacara Khinatan. Tari ini berupa upacan selamat serta mohon berkat kepada
Tuhan agar yang dikhinat sehat lahir dan batin dan suksesdalam hidupnya.
c.
Tari Lendo Nusa Malole, berarti
tarian ini dari negeri yang indah. Tari garapan yang menggunakan iringan musik
sasando ini merupakan tari penyambut tamu yang memanfaatkan gerak gerak tari
tertentu agar massa ikut dalam kegembiraan.
·
Senjata
Tradisional Daerah Nusa Tenggara Timur yaitu:
Senjata yang umumnya dipakai oleh
penduduk NTT adalah Sundu atau Sudu, semacam keris. Penduduk menganggapnya
sebagai senjata tikam yang keramat. Senjata lainnya adalah Saweo, Pisau, Kampak,
Parang, dan Senapan Tumbuk.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Provinsi
Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu
provinsi yang multikultural. Itu sudah terbukti dengan banyak nya jenis suku
yang ada pada daerah ini, dan juga di daerah ini terdapat berbagai budaya,
barbagai bahasa. Pada kenyataannya juga hubungan
kemasyarakatan di Propinsi Nusa Tenggara Timur masih sangat kental (kekerabatan
dan nilai-nilai kehidupan) sehingga kegotong-royongan merupakan landasan pijak
dalam mengembangkan pola kehidupan setiap hari.
B. Saran
Dengan
adanya pendidikan multikultural semoga warga Indonesia semakin memahami
kebudayaan yang kita miliki. Guru sebagai fasilisator harus membantu murid
untuk mencapai tingkat pemahamannya. Pada sekolah
dasar sampai perguruan tinggi saat ini seharusnya diadakan pembelajaran yang
berbasis budaya agar budaya milik negara kita tidak punah atau di klaim oleh
bangsa lain.
Daftar Pustaka
Makasih.
BalasHapusJackpotCity Casino - Mapyro
BalasHapusThe 경산 출장마사지 JackpotCity Casino has 2,324 경주 출장마사지 slot 통영 출장안마 machines. Check your luck in the Jackpot City 인천광역 출장샵 Casino games and see 의왕 출장샵 which ones are the most popular.